![]() |
Permen yang ditawarkan Liz von Hasseln memang menarik perhatian. Ada yang berbentuk bujur sangkar dengan bola di dalamnya, hingga bola berlobang. Bentuk yang tidak biasa itu menyisakan pertanyaan: bagaimana membuatnya ya?
Liz memang tidak membuat permen itu melalui cara tradisional (yang tentu akan sulit dilakukan). Namun, ia ”mencetak”-nya langsung melalui printer. Ya, Chefjet, nama printer itu, tidak difungsikan untuk mencetak kertas.
Namun, printer tersebut mampu mencetak benda yang memiliki ruang (panjang, lebar, dan tinggi). Karena itu Chefjet acap dilabeli printer 3D (3 dimensi). Perangkat tersebut sudah dijual untuk umum kendati dipasarkan dengan harga yang sangat mahal: USD5,000 (Rp60 juta) untuk model standar dan USD10,000 (Rp120 juta untuk versi pro). CEO 3D Systems Avi Reichental berharap untuk menjual Chefjet di restoran atau toko roti.
Chefjet dapat mencetak menggunakan bahan seperti cokelat atau gula dengan rasa seperti vanilla, mint, sour apple, ceri, atau semangka. Dicetak bertahap dalam proses lapisan demi lapisan, dari bawah ke atas. Gula bubuk yang telah diberi perasa disemprot air melalui jet print head supaya mengeras. Untuk memandu konsumen, mereka juga membuat aplikasi Digital Cookbook yang berisi resep dan cara penggunaan printer 3D.
3D Systems bukanlah satu-satunya perusahaan di area ini. Perusahaan perintis Natural Machines asal Spanyol juga membuat printer yang bisa mencetak cokelat hingga makanan seperti pasta ravioli. Berbasis di Texas, Natural Machines mendapat dukungan dana dari NASA. Tujuannya, supaya mereka bisa mencetak makanan untuk astronot di luar angkasa.
Lainnya itu ada Choc Edge yang bahkan sudah menjual printer yang dapat mencetak cokelat dalam motif tertentu.
Tahun ini, ada sekitar 30 perusahaan yang memamerkan teknologi pencetak 3 dimensi di CES, berasal dari berbagai negara di seluruh dunia. Pada CES 2013 hanya ada 8. Kompetisinya mulai meningkat.
“Produk printer yang dihasilkan beragam. Ada yang cepat, ada yang beragam bentuknya, juga bervariasi dari tipe bahan yang digunakan,” ujar Duncan Wood, dari majalah TCT yang mendalami printing 3D. Stephen Graves dari majalah Stuff membandingkan era 3D printer saat ini sebagai printer dot matrix yang resolusi cetaknya rendah, monokrom, dan berisik. ”Dalam waktu yang tak lama lagi akan hadir 3D printing yang lebih maju, setara laser jet” katanya.
Tapi, apa sebenarnya dampak dari printer 3D ini terhadap kehidupan kita? Pemilik 3Doodler Daniel Cowen mengatakan bahwa printer 3D memungkinkan setiap individu mencetak sendiri sebuah obyek tanpa perlu ke pabrik atau membeli secara gelondongan. 3Doodler adalah pena yang bisa menggambar obyek 3D di atas kertas.
XYZprinting bahkan berencana untuk menjual 3D printer bernama Da Vinci tahun ini juga seharga USD499 ke pasar. Inilah printer 3D paling murah.
da Vinci 1.0 rencananya akan mulai dipasarkan di China bulan ini juga, di Jepang dan Amerika bulan depan, serta Eropa pada Maret 2014. Chairman Simon Shen mengatakan bahwa mereka menargetkan penjualan global 100,000 unit printer tahun ini dan 1 juta unit dalam 3 tahun kedepan.
Gary Shu dari XYZprinting mengatakan bahwa printer 3D dapat membuat sebuah benda yang dibutuhkan di rumah mereka. Misalnya sendok atau gelas plastik. ”Anda tinggal mendownload desainnya dari internet, tekan tombolnya, dan mencetak dari rumah,” katanya. Selain mengunduh file dari internet, pengguna juga bisa menciptakan obyek menggunakan software seperti Leopoly.
Gyorgy Simo, CEO Leonar3Do yang menciptakan Leopoly mengatakan bahwa printer 3D dapat mengubah dunia. Ketika internet membuka kemungkinan untuk mengakes informasi secara instan, maka printer 3D memungkinkan kita untuk membuat sebuah benda yang juga instan.
Di masa depan, bisa saja pengguna mencetak sepatu yang benar-benar sesuai dengan kaki mereka. Atau mungkin membeli produk dari toko ritel online dan dicetak sesuai keinginan. “Wacana ini lebih dekat dari yang Anda pikirkan,” katanya.
DWS, perusahaan 3D asal Italia, menunjukkan bagaimana printer XFab mencetak satu persatu komponen dari sebuah kacamata snowboarding.
Analis Discern Cindy Shaw mengatakan bahwa pasar 3D diperkirakan sekitar USD3 miliar pada 2013. Stratasys dan 3-D Systems, dua perusahaan printer 3D terbesar, sahamnya meningkat drastis.
”Printer 3D memiliki potensi untuk mengubah pasar, sama seperti dampak internet terhadap media cetak,” ujar analis Crawford Del Prete IDC. ”Benda-benda yang susah dicari di industri konstruksi, manufaktur, service, kini bisa diwujudkan lewat printer 3D,” katanya. “Ini akan sangat menghemat waktu, biaya, juga tenaga,” katanya.
Teknologi printer tidak hanya menguntungkan perusahaan besar, namun juga UKM. ”Banyak perusahaan kecil yang bisa masuk ke beberapa tipe manufaktur yang sebelumnya hanya bisa dilakukan perusahaan besar,” ujar Roger Kay dari Endpoint Technologies Associates.
”Kita memasuki dunia kustomisasi masal,” ujar Shawn Dubravac, analis Consumer Electronics Association. Dampak kustomisasi masal ini sangat masif dan bisa terjadi di berbagai bidang. Bre Pettis, CEO MakerBot mengatakan bahwa ada kostumernya, carpenter asal Afrika Selatan, yang membuat sendiri tangan mekanik dari 3D printer. Pria tersebut kehilangan 4 hari karena kecelakaan.
Blueprint dari hasil desainnya lantas di distribusikan ke pengguna MakerBot lainnya untuk bisa sesuaikan lagi. “Normalnya tangan palsu harganya bisa mencapai Rp100 juta. Tapi dengan MakerBot, bahannya bisa seharga Rp60 ribu,” paparnya. Di CES, MakerBot memamerkan printer seukuran kulkas kecil yang bisa mencetak benda sebesar ukuran kepala manusia. Harganya, USD6499.
source : google







0 komentar:
Posting Komentar